Organisasi Informal
Organisasi
informal adalah suatu kelompok, atau perseorangan, yang secara resmi
tidak tercantum dalam struktur perusahaan yang ada. Sering terjadi,
bahwa ada orang-orang tertentu, yang berpengaruh dalam suatu bagian,
serta memiliki pengetahuan yang lebih terhadap operasional suatu bagian.
dan acapkali pula, orang-orang tersebut bukan pimpinan resmi dalam
bagian tersebut. Orang-orang seperti ini patut didekati oleh seorang
sistem analis, sebab, yang bersangkutan memiliki potensi untuk
menyukseskan atau menggagalkan implementasi sebuah sistem.
Organisasi
Informal juga berarti kumpulan dari dua orang atau lebih yang telibat
pada suatu aktifitas serta tujuan bersama yang tidak disadari. Contoh :
Arisan ibu-ibu sekampung, belajar bersama anak anak sd, kemping ke
gunung pangrango rame-rame dengan teman, dan lain-lain. Perilaku
organisasi juga dikenal sebaagai Studi tentang organisasi. Studi ini
adalah sebuah bidang telaah akademik khusus yang mempelajari orgailmu
politik, antropologi dan psikologi. Disiplin-disiplin lain yang terkait
nisasi, dengan memanfaatkan metode-metode dari ekonomi, sosiologi,
dengan studi ini adalah studi tentang Sumber daya manusia dan psikologi
industri serta perilaku organisasi. Studi organisasi adalah telaah
tentang pribadi dan dinamika kelompok dan konteks organisasi, serta
sifat organisasi itu sendiri. Setiap kali orang berinteraksi dalam
organisasi, banyak faktor yang ikut bermain. Studi organisasi berusaha
untuk memahami dan menyusun model-model dari faktor-faktor ini. Seperti
halnya dengan semua ilmu sosial, perilaku organisasi berusaha untuk
mengontrol, memprediksikan, dan menjelaskan. Namun ada sejumlah
kontroversi mengenai dampak etis dari pemusatan perhatian terhadap
perilaku pekerja. Karena itu, perilaku organisasi (dan studi yang
berdekatan dengannya, yaitu psikologi industri) kadang-kadang dituduh
telah menjadi alat ilmiah bagi pihak yang berkuasa. Terlepas dari
tuduhan-tuduhan itu, Perilaku Organisasi dapat memainkan peranan penting
dalam perkembangan organisasi dan keberhasilan kerja. Meskipun studi
ini menelusuri akarnya kepada Max Weber dan para pakar yang sebelumnya,
studi organisasi biasanya dianggap baru dimulai sebagai disiplin
akademik bersamaan dengan munculnya manajemen ilmiah pada tahun 1890-an,
dengan Taylorisme yang mewakili puncak dari gerakan ini. Para tokoh
manajemen ilmiah berpendapat bahwa rasionalisasi terhadap organisasi
dengan rangkaian instruksi dan studi tentang gerak-waktu akan
menyebabkan peningkatan produktivitas. Studi tentang berbagai sistem
kompensasi pun dilakukan. Setelah Perang Dunia I, fokus dari studi
organisasi bergeser kepada analisis tentang bagaimana faktor-faktor
manusia dan psikologi mempengaruhi organisasi. Ini adalah transformasi
yang didorong oleh penemuan tentang Dampak Hawthorne. Gerakan hubungan
antar manusia ini lebih terpusat pada tim, motivasi, dan aktualisasi
tujuan-tujuan individu di dalam organisasi.
Organisasi
infomal pada struktur oragnisasi tidak akan terlihat tetapi akan selalu
mengikuti keberadaan organisasi fomal. Organisasi informal, merupakan
kumpulan antar perseorangan tanpa tujuan bersama yang disadari, meskipum
pada akhirnya hubungan-hubungan yang tak disadari itu untuk tujuan
bersama. Organisasi informal ini keberadaamya tidak direncanakan tetapi
terjadi secara otomatis karena hubungan antar perseorangan pada sesama
anggota organisasi formal (perusahaan).
Organisasi
infomal merupakan organisasi yang tercipta karena adanya hubungan antar
pribadi yang secara tidak sadar terjadi keberadaannya tanpa didasarkan
pada hubungan wewenang formal pada struktur organisasi maupun
kesepakatan tujuan bersama. Dalam organisasi formal, tiap unsur
organisasi mempunyai kedudukan tugas dan fungsi-fungsi yang tegas.
sedangkan didaam organisasi informal, kedudukan serat fungsinya taampak
kabur. Organisasi informal ini terjadi karena adanya komunikasi antar
sesama karyawan yang dengan cepat menyebarkan informasi melalui
desas-desus dari mulut kemulut. Adapun desas-desus itu bisa saja
berlebihan, salah, kurang tepat maupun merupakan kebocoran informasi
dari atasan yang mungkin benar. Untuk itulah agar organisasi informal
bermanfaat bagi perusahaan maka sudah sepantasnya kalau setiap atasan
harus bisa menggunakan segi positif kebceradaan organisasi informal ini
terutama dalam rnenyampaikan perintah.
Perkembangan organisasi informal didalam organisasi formal dikarenakan adanya ketidak mampuan organisasi formal dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan tertentu dari anggota organisasi formal itu sendiri. Seperti yang dikatakan oleh Max Waber :
“Berkembangnya organisasi informal ini karena struktur formal tidak dapat memberikan pemenuhan kebutuhan para anggotanya dan juga kebutuhan organisasi (formal) itu sendiri. Keduanya yaitu organisasi formal dan organisasi informal memiliki persamaan dan perbedaan dalam hal tujuannya, mekanisme kontrol, karakteristik dan sebagainya.”
Perkembangan organisasi informal didalam organisasi formal dikarenakan adanya ketidak mampuan organisasi formal dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan tertentu dari anggota organisasi formal itu sendiri. Seperti yang dikatakan oleh Max Waber :
“Berkembangnya organisasi informal ini karena struktur formal tidak dapat memberikan pemenuhan kebutuhan para anggotanya dan juga kebutuhan organisasi (formal) itu sendiri. Keduanya yaitu organisasi formal dan organisasi informal memiliki persamaan dan perbedaan dalam hal tujuannya, mekanisme kontrol, karakteristik dan sebagainya.”
Menurut J. Winardi organisasi informal memiliki beberapa ciri-ciri yang membedakan,dari,organisasi,formal,yaitu:
1. Keanggotaan pada organisasi-organisasi informal dapat dicapai baik secara sadar maupun tidak sadar, dan kerap kali sulit untuk menentukan waktu dimana seseorang menjadi anggota organisasi,tersebut.
1. Keanggotaan pada organisasi-organisasi informal dapat dicapai baik secara sadar maupun tidak sadar, dan kerap kali sulit untuk menentukan waktu dimana seseorang menjadi anggota organisasi,tersebut.
2. Sifat hubungan antar anggota dan bahkan tujuan organisasi yang bersangkutan tidak terspesifikasi.
3.
Organisasi informal dapat dialihkan menjadi organisasi formal apabila
hubungan didalamnya dan kegiatan yang dilakukan terstruktur dan
terumuskan.
4.
Organisasi informal, merupakan kumpulan antar perseorangan tanpa tujuan
bersama yang disadari, meskipum pada akhirnya hubungan-hubungan yang
tak disadari itu untuk tujuan bersama.
5.
Dalam organisasi formal, tiap unsure organisasi mempunyai kedudukan
tugas dan fungsi-fungsi yang tegas. sedangkan didaam organisasi
informal, kedudukan serat fungsinya tampak kabur.(J Winardi,
2003:9).Selain itu, menurut Hicks organisasi informal dibedakan menjadi
organisasi,primer,dan,organisasi,sekunder :
1.
Organisasi Primer, organisasi semacam ini menuntut keterlibatan secara
lengkap, pribadi dan emosional anggotanya. Mereka berlandaskan
ekspektasi rimbal balik dan bukan pada kewajiban yang dirumuskan dengan
eksak. Contoh dari organisasi semacam ini adalah keluarga-keluarga,tertentu.
2. Organisasi Sekunder, organisasi sekunder memuat hubungan yang bersifat intelektual, rasional, dan kontraktual. Organisasi seperti ini tidak bertujuan memberikan kepuasan batiniyah, tapi mereka memiliki anggota karena dapat menyediakan alat-alat berupa gaji ataupun imbalan kepada anggotanya. Sebagai contoh organisasi ini adalah kontrak kerjasama antara majikan dengan calon karyawannya dimana harus saling setuju mengenai seberapa besar,pembayaran,gajinya.
2. Organisasi Sekunder, organisasi sekunder memuat hubungan yang bersifat intelektual, rasional, dan kontraktual. Organisasi seperti ini tidak bertujuan memberikan kepuasan batiniyah, tapi mereka memiliki anggota karena dapat menyediakan alat-alat berupa gaji ataupun imbalan kepada anggotanya. Sebagai contoh organisasi ini adalah kontrak kerjasama antara majikan dengan calon karyawannya dimana harus saling setuju mengenai seberapa besar,pembayaran,gajinya.
Kelompok
informal tadi, jika mampu didekati dengan baik, merupakan sumber
informasi yang tak terkira manfaatnya. Bahkan akan membuat pekerjaan
penelitian sistem ini menjadi lebih mudah, dan cepat.Kelompok Informal
menganalisa laporan-laporan yang saat ini sudah dihasilkan oleh sistem
pengolahan data yang saat ini berjalan.Sebuah sistem informasi akan
menghasilkan sejumlah laporan yang dimaksudkan untuk pemberi suplai
informasi bagi yang memerlukannya, agar yang bersangkutan bisa
menggunakannya sebagai alat bantu dalam menunaikan pekerjaannya. Jika
kemudian manajemen masih memerlukan sesuatu suplai informasi yang
lainnya, demi untuk menunjang pekerjaan dan tanggungjawabnya, maka
hampir bisa ditebak, kalau laporan-laporan yang ada saat ini masih
kurang mampu untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Itu merupakan alasan
utama, mengapa sistem analis harus melakukan kajian terhadap berbagai
bentuk dan jenis laporan yang saat ini ada.
Ada
sejumlah kriteria yang mendasar, mengapa laporan-laporan tak mampu
memberi manfaat. Antara lain, sebuah laporan tak memenuhi unsur
tepat-waktu, sehingga laporan tersebut menyajikan hal-hal yang usang,
tidak up-to-date, sehingga sangat tidak bermanfaat untuk digunakan
sebagai alat bantu pengambilan keputusan oleh manajemen.
Juga
bila ada laporan-laporan yang memuat data-data yang kurang bisa diakui
kebenarannya, atau memuat data yang sangat kurang dari seharusnya. Boleh
jadi sebuah laporan telah memuat banyak data, bahkan sangat banyak,
namun tidak disajikan dalam suatu bentuk yang terarah dan padat, agar
memudahkan pihak manajemen membaca dan memahami maksudnya. Seorang
manajer hanya memiliki waktu yang sangat terbatas, jika dibandingkan
dengan banyaknya pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya. Untuk itu
mereka tidak boleh dipaksa untuk menghabiskan waktunya, hanya untuk
mencoba memahami sebuah laporan yang sangat besar volumenya.
Laporan-laporan tersebut memerlukan desain ulang.
Penelitian
mengenai berbagai laporan yang sudah ada, tak cuma meliputi bentuk dan
jenisnya saja, tetapi juga meliputi jumlah dan frekuensi laporan
tersebut dihasilkan, serta jumlah dan frekuensi kebutuhan manajemen akan
laporan-laporan tersebut.Sayangnya, untuk mengetahui bentuk, jenis, dan
frekuensi laporan apa sajakah yang diperlukan oleh seorang manajer,
serta orang-orang lain dalam suatu organisasi, juga sulit. Masalahnya,
pihak-pihak yang akan menerima laporan tersebut tak tahu secara pasti,
laporan-laporan yang bagaimanakah yang dibutuhkannya.Satu hal yang sudah
pasti, bahwa pada umumnya mereka merasa tak puas terhadap
laporan-laporan yang ada. Itu saja. Titik.
Itu
sebabnya, dalam banyak kasus, seorang sistem analis mesti ikut membantu
pihak-pihak calon penerima laporan tadi, untuk menemukan bentuk, jenis
dan frekuensi laporan yang perlu baginya. Sebab, tanpa adanya keterangan
yang jelas terhadap spesifikasi laporan yang diperlukan oleh user
tersebut, akan sulit bagi sistem analis dalam membuat desain sistem
komputer yang akan datang.
Dengan
sudah diketahuinya spesifikasi laporan-laporan yang diperlukan oleh
user tadi, langkah berikut yang harus dilakukan adalah mempelajari
berbagai laporan yang saat ini sudah dihasilkan oleh sistem yang ada
saat ini. Apa-apa yang harus dipelajarinya sata ini adalah meliputi isi
laporan, frekuensi dan saat-saat laporan tadi dihasilkan, siapa yang
membuat laporan tersebut, dan siapa saja yang akan menggunakannya, serta
dengan tujuan apakah yang bersangkutan harus menerima sesuatu laporan
tertentu. keterangan lain yang harus diperoleh adalah apakah ada
informasi-informasi tertentu yang tersaji melalui berbagai laporan tadi,
yang pada kenyataannya sudah ada di laporan-laporan yang lain.
Para,pakar,terkemuka,pada,tahap,awal,ini,mencakup:
•Chester,Barnard
•Henri,Fayol
•Mary,Parker,Follett
•Frederick,Herzberg
•Abraham,Maslow,David,McClelland
•Victor,Vroom
•Chester,Barnard
•Henri,Fayol
•Mary,Parker,Follett
•Frederick,Herzberg
•Abraham,Maslow,David,McClelland
•Victor,Vroom
Perang
Dunia II menghasilkan pergeseran lebih lanjut dari bidang ini, ketika
penemuan logistik besar-besaran dan penelitian operasi menyebabkan
munculnya minat yang baru terhadap sistem dan pendekatan rasionalistik
terhadap studi organisasi. Pada tahun 1960-an dan 1970-an, bidang ini
sangat dipengaruhi oleh psikologi sosial dan tekanan dalam studi
akademiknya dipusatkan pada penelitian kuantitatif. Sejak tahun 1980an,
penjelasan-penjelasan budaya tentang organisasi dan perubahan menjadi
bagian yang penting dari studi ini. Metode-metode kualitatif dalam studi
ini menjadi makin diterima, dengan memanfaatkan pendekatan-pendekatan
dari antropologi, psikologi dan sosiologi. Perilaku organisasi saat ini
merupakan bidang studi yang berkembang. Jurusan studi organisasi pada
umumnya ditempatkan dalam sekolah-sekolah bisnis, meskipun banyak
universitas yang juga mempunyai program psikologi industri dan ekonomi
industri pula. Bidang ini sangat berpengaruh dalam dunia bisnis dengan
para praktisi seperti Peter Drucker dan Peter Senge yang mengubah
penelitian akademik menjadi praktik bisnis. Perilaku organisasi menjadi
semakin penting dalam ekonomi global ketika orang dengan berbagai latar
belakang dan nilai budaya harus bekerja bersama-sama secara efektif dan
efisien. Namun bidang ini juga semakin dikritik sebagai suatu bidang
studi karena asumsi-asumsinya yang etnosentris dan pro-kapitalis.
Menurut
pengertian Yunani Organisasi Informal adalah suatu kelompok orang yang
memiliki tujuan yang sama. Baik dalam penggunaan sehari-hari maupun
ilmiah, istilah ini digunakan dengan banyak cara. Dalam ilmu-ilmu
sosial, organisasi dipelajari oleh periset dari berbagai bidang ilmu,
terutama sosiologi, ekonomi, ilmu politik, psikologi, dan manajemen.
Kajian mengenai organisasi sering disebut studi organisasi
(organizational studies), perilaku organisasi (organizational
behaviour), atau analisa organisasi (organization analysis). Terdapat
beberapa teori dan perspektif mengenai organisasi, ada yang cukup sama
satu sama lain, dan ada pula yang berbeda.Teori ERG (Existence
Relatedness Growth ) oleh Alderfer menyatakan bahwa individu termotivasi
berperilaku untuk memuaskan satu dari tiga kelompok kebutuhan.(Gibson,
Ivanchvich Donnelly,Organisasi, Edisi kedelapan). Ketiga kelompok
kebutuhan itu adalah:
1)Kebutuhan,pertumbuhan
2)Kebutuhan,keterkaitan
3)Kebutuhan,Eksistensi
1)Kebutuhan,pertumbuhan
2)Kebutuhan,keterkaitan
3)Kebutuhan,Eksistensi
Teori
ERG mengasumsikan bahwa Individu yang gagal memuaskan kebutuhan
pertumbuhan menjadi frustasi, mundur, dan memfokuskan kembali perhatian
pada kebutuan yang ebih rendah. Motivasi ini diukur dengan cara membuat
skala pelaporan diri yang digunakan untuk menilai tiga kategori
kebutuhan.Pengertian PerilakuDalam Robbins, S.P (1993). Perilaku pada
dasarnya berorientasi pada tujuan. Dengan perkataan lain, perilaku kita
pada umunya dimotivasi oleh suatu keinginan untuk mencapai tujuan
tertentu. Tujuan spesifik tersebut tidak selalu diketahui secara sadar
oleh individu yang bersangkutan. Ada kalanya kita bertanya: “mengapa
saya melakukan itu?“ Sigmund Freud adalah orang pertama yang memahami
pentingnya motivasi dibawah sadar (Subconcious Motivation). Ia
beranggapan bahwa manusia tidak selalu menyadari tentang segala sesuatu
yang diinginkan mereka hingga sebagian besar perilaku mereka dipenuhi
oleh kebutuhan-kebutuhan dibawah sadar. Maka oleh karenanya, sering kali
hanya sebagian kecil dari motivasi jelas terlihat atau disadari oleh
orang yang bersangkutan. Guna dapat meramalkan perilaku, kita perlu
mengetahui kebutuhan-kebutuhan apa pada manusia yang menyebabkan
timbulnya tindakan-tindakan tertentu pada waktu tertentu.
Penerapan
Pemahaman Motivasi Terhadap Perilaku merupakan salah satu determinan
perilaku adalah motivasi. Menurut Gibson (1995) Istilah motivasi
berhubungan dengan ide, gerakan dan apabila kita menyatakannya secara
amat sederhana, maka merupakan sesuatu hal yang “mendorong “ atau
menggerakkan kita untuk berperilaku dengan cara tertentu. Hal itulah
yang merangsang seseorang untuk maju dan mendorong kearah tujuan.
Pelaksanaan pekerjaan merupakan perilaku organisatoris yang dipilih
seseorang guna mencapai tujuan-tujuan pribadinya, yakni tujuan yang
dianggapnya penting untuk bergerak maju. Jadi, seseorang yang
mementingkan hasil pekerjaan merupakan seseorang yang mementingkan
motivasi. Ia akan memanfaatkan antara hubungan pribadinya dan
kekuasaannya atas lingkungan kerja sebagai alat motivasional.
Perilaku
Organisasi adalah bidang studi yang menyelidiki dampak perorangan,
kelompok dan struktur pada perilaku dalam organisasi dengan maksud
menerapkan pengetahuan semacam itu untuk memperbaiki keefektifan
organisasi (Stephen P. Robbins, Perilaku organisasi Jilid 1:7).
Perilaku Organisasi mempunyai faktor kunci untuk diramalkan. Faktor tersebut adalah
Perilaku Organisasi mempunyai faktor kunci untuk diramalkan. Faktor tersebut adalah
1.Peningkatan,produktifitas
Organisasi dikatakan produktif jika tujuan dapat dicapai dan proses pencapaian tersebut dilakukan dengan merubah masukan menjadi keluaran dengan biaya yang paling rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa produktifitas berhubungan dengan keefektifan dan keefisienan.
Organisasi dikatakan produktif jika tujuan dapat dicapai dan proses pencapaian tersebut dilakukan dengan merubah masukan menjadi keluaran dengan biaya yang paling rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa produktifitas berhubungan dengan keefektifan dan keefisienan.
2.Pengurangan,kemangkiran
Kemangkiran adalah tindakan tidak masuk kerja tanpa alasan. Tingkat kemangkiran yang tinggi dapat berdampak langsung pada keefektifan dan efisiensi organisasi.
Kemangkiran adalah tindakan tidak masuk kerja tanpa alasan. Tingkat kemangkiran yang tinggi dapat berdampak langsung pada keefektifan dan efisiensi organisasi.
3.Penurunan,Turn,Over
Turn over adalah pengunduran diri secara permanen dari organisasi.
Turn over adalah pengunduran diri secara permanen dari organisasi.
4.Peningkatan,kepuasan,kerja
Kepuasan
kerja adalah perbedaan antara banyaknya ganjaran yang diterima karyawan
dan banyaknya yang mereka yakini harus mereka terima. Karyawan
dikatakan merasakan puas bila perbedaan bernilai positif secara
perhitungan matematis. Perilaku dalam berorganisasi Berjuta karyawan
kehilangan pekerjaan karena penciutan organisasi. Pada saat yang
bersamaan banyak organisasi mengeluh tidak dapat menemukan orang untuk
mengisi lowongan kerja sesuai spesifikasi yang diinginkan, Bagaimana
saudara menerangkan dua hal tersebut yang terlihat saling bertentangan?
Perilaku organisasi merupakan suatu bidang studi yang menyelidiki dampak
perorangan, kelompok dan struktur pada perilaku dalam organisasi dengan
maksud menerapkan pengetahuan semacam itu untuk memperbaiki keefektifan
organisasi.Apa yang dipelajari, yaitu bagaimana perilaku: Perorangan
(individu) Kelompok Struktur.
Sejarah perilaku dimulai dari pengamatan, kita adalah mahasiswa perilaku sejak tahun-tahun terdini, kita telah mengamati tindakan orang lain dan telah mencoba untuk menafsirkan apa yang kita lihat, pernahkan itu difikirkan.Kita telah membaca orang hampir sepanjang hidup
Kita melihat apa yang dilakukan orang lain dan mencoba menjelaskan pada diri anda sendiri mengapa mereka berprilaku demikian.Kitapun terkadang meramalkan apa yang akan dilakukan pada kondisi yang berbeda. Terdapat generalisasi perilaku secara umum dengan pertanyaan bahwa kebanyakkan dari kita menganut sejumlah keyakinan yang sering tidak bias menjelaskan mengapa orang melakukan apa yang mereka lakukan.Tantangan Dan Peluang OB (Organisational Behavior) Tantangan yang ada menyangkut, usia yang bertambah, rumitnya bisnis, sedangkan peluang yang ada menyangkut laju pertumbuhan inovasi , tantangan dan peluang ini masih ditambah lagi dengan.Keanekaragaman angkatan kerja meningkatnya heterogenitas organisasi dengan masuknya kelompok-kelompok yang berbeda
Kearah memperbaiki kualitas dan produktivitas dengan cara TQM (Total quality Management) yang merupakan filsafat manajemen yang didorong oleh pencapaian kepuasan pelanggan secara konstan lewat perbaikan sinambung atas semua proses organisasi.
TQM memiliki implikasi karena menuntut para karyawan untuk memikirkan ulang apa yang mereka lakukan dan menjadi lebih terlibat dalam keputusan-keputusan ditempat kerjanya. Rekayasa Ulang dapat membantu untuk empertimbangkan keml\bali bagaiman pekerjaan bias dilakukan dan organisasi distruksikan seandainya kerja dan organisasi ini akan diciptakan dari nol.Memperbaiki ketrampilan menangani orang.Dari manajemen kontrol ke pemberian kekuasaan “Empowerment” menempatkan karyawan, dalam tanggung jawab mengenai apa yang mereka kerjakan.Dari kemantapan ke keluwesanMemperbaiki Perilaku etis dilema etis dimana situasi seseorang dituntut untuk menetapkan tingkah laku yang benar ataupun yang salah
Referensi :Sejarah perilaku dimulai dari pengamatan, kita adalah mahasiswa perilaku sejak tahun-tahun terdini, kita telah mengamati tindakan orang lain dan telah mencoba untuk menafsirkan apa yang kita lihat, pernahkan itu difikirkan.Kita telah membaca orang hampir sepanjang hidup
Kita melihat apa yang dilakukan orang lain dan mencoba menjelaskan pada diri anda sendiri mengapa mereka berprilaku demikian.Kitapun terkadang meramalkan apa yang akan dilakukan pada kondisi yang berbeda. Terdapat generalisasi perilaku secara umum dengan pertanyaan bahwa kebanyakkan dari kita menganut sejumlah keyakinan yang sering tidak bias menjelaskan mengapa orang melakukan apa yang mereka lakukan.Tantangan Dan Peluang OB (Organisational Behavior) Tantangan yang ada menyangkut, usia yang bertambah, rumitnya bisnis, sedangkan peluang yang ada menyangkut laju pertumbuhan inovasi , tantangan dan peluang ini masih ditambah lagi dengan.Keanekaragaman angkatan kerja meningkatnya heterogenitas organisasi dengan masuknya kelompok-kelompok yang berbeda
Kearah memperbaiki kualitas dan produktivitas dengan cara TQM (Total quality Management) yang merupakan filsafat manajemen yang didorong oleh pencapaian kepuasan pelanggan secara konstan lewat perbaikan sinambung atas semua proses organisasi.
TQM memiliki implikasi karena menuntut para karyawan untuk memikirkan ulang apa yang mereka lakukan dan menjadi lebih terlibat dalam keputusan-keputusan ditempat kerjanya. Rekayasa Ulang dapat membantu untuk empertimbangkan keml\bali bagaiman pekerjaan bias dilakukan dan organisasi distruksikan seandainya kerja dan organisasi ini akan diciptakan dari nol.Memperbaiki ketrampilan menangani orang.Dari manajemen kontrol ke pemberian kekuasaan “Empowerment” menempatkan karyawan, dalam tanggung jawab mengenai apa yang mereka kerjakan.Dari kemantapan ke keluwesanMemperbaiki Perilaku etis dilema etis dimana situasi seseorang dituntut untuk menetapkan tingkah laku yang benar ataupun yang salah
A. Mulyana, Teori Komunikasi-modul 10, 2008
Miftah Thoha, Perilaku Organisasi, 1996
Onong Uchyana Effendi, Dimensi-Dimensi Komunikasi, 2001
ليست هناك تعليقات:
إرسال تعليق